Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah ke
haribaan Rasulullah s.a.w., keluarganya serta para shahabatnya.Wa Ba'du.
Berikut
ini buku La Tahzan. Semoga Anda senang membacanya dan dapat mengambil manfaat
darinya. Namun sebelum membaca, telitilah dahulu buku ini dengan nalar yang
sehat, logika yang jernih dan, di atas itu semua, dengan ayat-ayat Allah yang
senantiasa terjaga dari kekeliruan.
Tentu
saja tak bijak menilai sesuatu secara terburu-buru sebelum pernah membayangkan,
merasakan dan menciumnya sendiri. Dan adalah sebuah kejahatan terhadap ilmu ;
memfatwakan sesuatu secara terburu-buru sebelum terlebih dahulu mengkaji akar
permasalahannya, mendengar pernyataanpernyataan tentangnya, mencari argumen-argumen
yang mendasarinya, dan membaca dalil-dalil yang berkaitan dengannya.
Saya
menulis buku ini untuk siapa saja yang senantiasa merasa hidup dalam
bayang-bayang kegelisahan, kesedihan dan kecemasan, atau orang yang selalu
sulit tidur dikarenakan beban duka dan kegundahan yang semakin berat menerpa.
Dan tentu saja, siapa di antara kita yang tidak pernah mengalami semua itu?
Dalam
buku ini saya sengaja menukil ayat-ayat Allah, bait-bait syair, pengalaman dan 'ibrah,
catatan peristiwa dan hikmah, serta pelbagai perumpamaan dan kisah-kisah.
Dari semua itu, saya sengaja mengambil kesimpulan dari orang-orang shaleh
sebagai penawar hati yang lara, penghibur
jiwa tercabik, dan pelipur diri
yang sedang dirundung duka cita.
Buku
ini akan mengatakan kepada Anda, "Bergembiralah dan berbahagialah!"
atau "Optimislah dan tenanglah!" Bahkan, mungkin pula ia akan
berkata, "Jalani hidup ini apa adanya dengan penuh ketulusan dan
keriangan!"
Buku
ini berusaha meluruskan berbagai kesalahan yang terjadi akibat penyimpangan
terhadap fitrah saat berinteraksi dengan sunnah-sunnah Allah, sesama manusia,
benda, waktu dan tempat.
Buku
ini mencegah Anda agar tidak terus-menerus melawan aruskehidupan, menentang
takdir, mendebat manhaj yang telah digariskan dan mengingkari bukti-bukti.
Lebih dari itu, buku ini mengajak Anda dari yang suatu tempat yang sangat dekat
sudut sudut jiwa dan ruh Anda agar senantiasa tenang menatap perjalanan masa
depan. Buku ini mengajak Anda agar merasa yakin dengan semua potensi dalam diri
diri Anda dan menyimpan semua energi positif yang ada. Buku ini menggiring Anda
untuk melupakan tekanan hidup, sesaknya perjalanan usia dan beban perjalanan
hidup.
Ada
beberapa hal penting dari buku ini yang perlu saya ingatkan sebelum kita
melangkah lebih jauh. Diantaranya adalah:
Pertama,
buku ini ditulis
untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, kelapangan hati, membuka
pintu optimisme dan menyingkirkan segala kesulitan demi meraih masa depan yang
lebih indah. Buku ini merupakan pengetuk hati agar selalu ingat akan rahmat dan
ampunan Allah, bertawakal dan berbaik sangka kepada-Nya, mengimani qadha' dan
qadar-Nya, menjalani hidup sesuai apa adanya, melepaskan kegundahan tentang
masa depan, dan mengingat nikmat Allah.
Kedua,
buku ini mencoba
memberikan resep-resep bagaimana mengusir rasa duka, cemas, sedih, tertekan,
dan putus asa.
Ketiga,
saya berusaha
menyertakan dalil-dalil dari al-Qur'an dan hadits yang sesuai dengan tema
setiap bahasan. Selain itu, tak jarang saya nukilkan pula pelbagai permisalan
yang bagus, kisah yang penuh 'ibrah dan mengandung pelajaran berharga,
serta bait-bait syair yang memiliki kekuatan. Dalam banyak tempat, para pembaca
juga akan menjumpai kutipan-kutipan dari perkataan para bijak bestari, dokter
dan sastrawan. Demikianlah, semua hal yang ada dalam buku ini hanya ingin
mengajak Anda untuk senantiasa berbahagia.
Keempat,
buku ini
bersifat umum, alias untuk siapa saja. Singkatnya, untuk kaum muslim maupun
non-muslim. Pasalnya, pembicaraan dalam buku ini secara umum adalah berkaitan
watak dan sifat naluriah dan persoalan persoalan umum kejiwaan manusia. Namun
begitu, buku ini tetap
menempatkan Manhaj Rabbani sebagai
penyuluh. Karena memang manhaj itulah yang menjadi agama fitrah kita.
Kelima,
dalam buku ini
pembaca tidak akan hanya menjumpai kutipankutipan pernyataan dari orang-orang
Timur, tetapi juga dari orang Barat. Namun demikian, saya berharap tidak ada
tudingan negatif terhadap diri saya berkaitan dengan hal ini. Karena,
bagaimanapun saya yakin bahwa hikmah
itu adalah laksana barang yang
hilang dari kaum muslim. Artinya, maka di mana pun barang itu ada masih berhak
kita ambil kembali.
Keenam,
saya sengaja
tidak menggunakan catatan kaki dalam buku ini. Ini tak lebih hanya untuk
meringankan dan memudahkan pembaca. Karena, dengan begitu paling tidak buku ini
akan menjadi bacaan yang berkesinambungan dan memberikan pemahaman yang tidak
terpotong-potong.
Dan untuk itu, setiap referensi
dari masing-masing kutipan selalu saya sebut langsung dalam setiap paragraph
yang menyebutnya.
Ketujuh,
dalam mengutip,
saya tidak mencatat nomor halaman dan volume sumbernya. Mengapa? Karena hal
seperti itu sudah lazim dilakukan oleh orang-orang sebelum saya, dan saya
mengikuti mereka. Saya kira ini lebih bermanfaat dan lebih memudahkan. Kadang
kala saya menuliskannya sesuai dengan teks yang ada di dalam buku sumbernya,
dan kadang kala ada sedikit
penyuntingan atau penyesuaian
dengan pemahaman saya terhadap buku ataupun artikel yang pernah saya baca.
Kedelapan,
saya tidak
menyusun buku dalam sistematika bab-bab dan pasal-pasal yang banyak. Yang saya
lakukan adalah menulis dengan gaya yang sangat variatif. Adakalanya saya
membeberkan beberapa permasalahan dalam beberapa paragraf, kemudian saya
berpindah dari satu permasalahan kepermasalahan lain, dan kembali lagi pada
bahasan yang sama setelah beberapa halaman pembahasan yang berbeda. Ini saya
tujukan agar lebih sedap dibaca, lebih enak dan tidak membosankan.
Kesembilan,
saya tidak
memberi nomor surat dan ayat serta tidak pernah menyebutkan perawi hadits.
Meski demikian, bila hadits yang sebutkan itu lemah, maka saya selalu
mengingatkannya. Adapun bila hadits itu shahih, maka saya hanya akan
menyebutnya hadits shahih dan kadangkala tak memberi catatan apapun.. Semua ini
saya lakukan agar tulisan ini ringkas, terhindar dari banyaknya pengulangan,
penjelasan yang bertele-tele, dan tidak menjemukan. "Orang yang
berpura-pura puas dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya seperti orang
yang memakai dua pakaian palsu."
Kesepuluh,
mungkin pembaca
melihat ada beberapa pengulangan pada sejumlah materi. Meski demikian, saya
selalu berusaha mengemasnya dalam metode dan struktur pembahasan yang berbeda.
Ini memang sengaja saya lakukan untuk semakin menguatkan pemahaman kita dengan
cara
menyajikannya lebih sering.
Inilah
sepuluh hal yang perlu saya sampaikan kepada pembaca terlebih dahulu. Saya
berharap buku ini akan membawa kabar yang benar dan jujur, adil dalam memberi
penilaian, obyektif dalam ungkapan, meyakinkan dalam materi-materi pengetahuan,
lurus dalam sudut pandangan dan argumentasi, dan menjadi cahaya dalam hati.
Buku, La
Tahzan, ini, setidaknya, saya tulis untuk konsumsi pribadi saya sendiri dan
mereka yang bernasib sama dengan saya. Sayalah orang yang pertama kali mengambil
manfaat dari buku ini. Setiap kali membaca ulang buku ini, selalu terasa seakan
baru membacanya.
Tidakkah kau tahu
setiap kali kutemui Zainab
Selalu kucium
semerbak wanginya
Setiap
kali merasa tertekan, marah atau sedih, selalu saya katakan pada diri ini,
"Bukankah Anda penulis buku La Tahzan?" Dan, sesaat setelah
itu, api kemarahan pun meredup, dan hati saya kembali menjadi tenang.
Demikianlah;
dalam buku ini saya mencoba berbicara kepada dan untuk semua orang; bukan untuk
segolongan orang, generasi, dan penduduk negeri tertentu. Buku ini adalah untuk
semua orang, yakni siapa saja yang ingin hidup bahagia!
Kutanamkan di
dalamnya mutiara, hingga tiba saatnya ia dapat
menyinari tanpa
mentari dan berjalan di malam hari tanpa rembulan
Karena kedua
matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang
buatan India
Milik Allah-lah
setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona
'Aidh al-Qarni